Isu soal kepedulian lingkungan saat ini sedang gencar gencarnya dibicarakan dari segala sisi. Hal ini dilakukan guna menjaga keberlangsungan hidup manusia, hewan, dan tumbuhan. Sebab, masalah lingkungan pada dasarnya merupakan tanggung jawab bagi semua orang, tak terkecuali di industri otomotif. Sesuai juga dengan arahan Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi), Indonesia sedang gencarnya mengedepankan langkah konkret dalam menghadapi isu lingkungan dan perubahan iklim dengan penggunaan electric vehicle (kendaraan listrik). Sayangnya, kebutuhan mobilitas pelanggan terhadap kendaraan listrik dalam upaya mengurangi gas buang kendaraan masih belum terpenuhi dengan sempurna. PT Toyota Astra Motor (TAM) menyadari bahwa kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang polusi udara yang besar. Maka dari itu, Toyota menghadirkan Battery Electric Vehicle (BEV).

Namun, BEV membutuhkan fasilitas charging spot yang saat ini diketahui belum merata di seluruh pelosok daerah. Sebab, pemasangan charging spot di rumah pelanggan membutuhkan setidaknya daya listrik yang cukup besar, yakni 7.700 Watt dengan durasi pengisian sekitar 8 10 jam, tergantung dengan kapasitas baterai. Dengan demikian, ini menyulitkan untuk mobilitas para penggunanya dan obstacle tersebut mengurangi daya pikat BEV, karena membutuhkan biaya untuk membangun infrastruktur tambahan. Melihat tantangan tersebut, Toyota menghadirkan Multi Pathway Strategy untuk menyasar seluruh kalangan masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam menjaga lingkungan. Selain BEV, Toyota menghadirkan pula Hybrid Electric Vehicle (HEV) dan Plug in Hybrid Electric Vehicle (PHEV). Keputusan Toyota untuk menghadirkan HEV karena teknologi elektrifikasi ini merupakan salah satu solusi mobilitas yang paling sesuai untuk di Indonesia.

Penasaran bagaimana track record dari HEV Toyota secara global dan Indonesia, sekaligus seluk beluk alasan apa yang membuat TAM memutuskan untuk menghadirkan strategi tersebut. Yuk, simak penjelasan berikut ini. Seluk Beluk Hadirnya HEV Toyota, Kendaraan Elektrifikasi yang Paling Pas untuk Masyarakat Indonesia Bukti Efisiensi Mesin Hybrid EV Toyota: Yaris Cross HEV dan Kijang Innova Zenix HEV

Disebut Paham Seluk Beluk Jateng, Kapolda Jateng Irjen Ahmad Luthfi Didukung Maju Pilgub Jateng Resale Value HEV Toyota Mampu Puaskan Pelanggan Berkat Kualitas dan Layanan Terbaik dari Toyota BERITA FOTO: Menyusuri Seluk beluk Biara Karmel OCD Tomohon Sulawesi Utara, Dibuka Setiap 25 Tahun

Seluk Beluk Drone Shahed 136 Saat Iran Serang Israel, Bikin World War 3 dan Tel Aviv Trending di X Bukan 24 Karat, Berikut Kadar Emas Paling Pas untuk Cincin Emas Wanita! Polisi Melarang Masyarakat Konvoi Kendaraan usai Laga Timnas Indonesia vs Uzbekistan

Tahukah Anda, sejak tahun 1965 Toyota sebenarnya sudah berusaha untuk mengembangkan teknologi hybrid pada kendaraannya? Hal ini bermula lewat ever better cars yang sanggup menjadi trendsetter otomotif, Toyota ingin menghadirkan kebutuhan kendaraan yang ramah lingkungan, jauh sebelum hingar bingar mobil listrik mengemuka di Indonesia. Bukan mesin pembakaran dalam seperti yang banyak berkembang saat ini, Toyota memilih untuk mengadopsi turbin gas guna menggerakan generator. Setelah melalui serangkaian uji coba, akhirnya Toyota Sports 800 Gas Turbine Hybrid dipamerkan di ajang Tokyo Motor Show 1977.

Mobil sport dengan dua (2) pintu ini menghasilkan tenaga sekitar 30 PS yang menggerakan roda belakang, mengandalkan transmisi manual 2 speed. Selain itu, pengembangan dapur pacu turbin gas yang bersinergi dengan baterai sebagai penggerak ini berlanjut hingga tahun 1983. Mulai di tahun 1993, Toyota meluncurkan G1 Project sebagai sarana untuk mempromosikan teknologi dan upaya mencari terobosan dalam hal efisiensi bahan bakar yang menyongsong abad ke 21. Hasilnya, project ini selesai di musim gugur tahun 1995 dan dipamerkan di Tokyo Motor Show 1995. Adapun spesifikasi yang dihadirkan adalah dilengkapi dengan Toyota Energy Management System (TEMS) yang merupakan jenis motor listrik tunggal dengan mesin injeksi langsung dan transmisi CVT. Belum memiliki baterai, project ini dilengkapi dengan kapasitor sebagai media penyimpanan daya listrik dengan target efisiensi bahan bakar 30 km/liter.

Pada 1997, Toyota akhirnya meluncurkan Toyota Prius generasi pertama sebagai kendaraan penumpang dengan sistem hybrid dan menjadi pertama kalinya diproduksi massal di dunia. Toyota Prius memiliki efisiensi bahan bakar yang irit, yakni 28 km/liter dalam siklus uji 10 15 Jepang. Maka itu, Toyota Prius berhasil mencapai target yang ditetapkan terkait konsumsi bensin irit dan emisi rendah. Sebagai pelopor HEV, mesin bensin 1.5 liter VVT i Atkinson cycle bertenaga 58 PS pada 4.000 rpm dan motor listrik diatur dengan sistem berlabel Toyota Hybrid System (THS). THS sendiri secara optimal dapat menyeimbangkan kekuatan mesin bensin dan motor listrik, agar sesuai dengan kondisi berkendara. Selain itu, Toyota Prius secara signifikan memiliki kelebihan dalam hal mampu mengurangi kehilangan energi melalui mekanisme mematikan mesin saat idle dan sistem pengereman regeneratif, guna mengubah energi kinetik menjadi energi listrik ketika deselerasi.

Tak hanya itu, dengan bermodalkan kinerja berkendara, Toyota Prius sebanding dengan mobil bensin yang memiliki sistem kerja yang setara, yaitu mampu menggandakan efisiensi BBM dan mengurangi emisi karbon hingga setengah. Paling sesuai untuk di Indonesia, HEV Toyota menganut prinsip kerja Series Parallel Hybrid System. Dimana terdapat beberapa komponen utama, yakni motor bakar, motor listrik, generator listrik, Power Control Unit (PCU), dan Power Split Device (PSD) yang menggunakan girboks khusus dalam tugasnya untuk membagi distribusi tenaga dari motor bakar, motor listrik, dan generator listrik. Untuk diketahui, Toyota Hybrid System (THS) menggunakan teknologi penghematan konsumsi bensin yang secara halus dan tanpa jeda berpindah antara penggerak mesin bensin dan motor listrik, serta menggabungkan kinerja keduanya saat dibutuhkan.

Selain itu, THS meningkatkan sinergi keduanya untuk mendapatkan efisiensi tanpa kehilangan performa terbaik. Dengan demikian, ketika mobil sedang dalam keadaan berhenti di lampu merah, mesin tidak beroperasi, suara menjadi lebih senyap, dan tanpa adanya polusi udara, kecuali baterai memerlukan isi ulang daya. Kemudian saat stop and go , THS memberikan perintah kepada motor listrik untuk bekerja lebih banyak, agar menghemat bensin dan menekan emisi. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa HEV sangat efektif untuk mobilitas di tengah perkotaan yang eco friendly . Saat mobil butuh akselerasi lebih kuat atau kapasitas baterai berada di level pengisian, mesin bensin THS akan mulai bekerja. Kolaborasi mesin bensin dan motor listrik ini menyalurkan tenaga sehemat mungkin dan tetap optimal ketika membutuhkan tenaga penuh, seperti ketika menyalip kendaraan lain atau menghadapi jalan menanjak.

Track record kendaraan elektrifikasi (xEV) Toyota di Indonesia bermula saat TAM menjadi merek pertama yang memiliki mobil elektrifikasi di Indonesia dan mulai memasarkan Toyota Prius Gen 2 pada 2009. Sebelumnya, pemilihan xEV jenis HEV ini terkait dengan dukungan infrastruktur mobil listrik murni yang belum memadai di daerah Indonesia. Selain itu, masyarakat Indonesia lebih membutuhkan waktu untuk beralih dari mobil dengan mesin konvensional menuju mobil listrik murni. Hal ini juga terkait dengan demografi masyarakat Indonesia yang tersebar luas di berbagai wilayah dengan pemahaman dan kebutuhan mengenai kendaraan ramah lingkungan yang berbeda pula.

Oleh karena itu, Toyota melihat bahwa HEV merupakan teknologi elektrifikasi yang paling pas saat ini dan diyakini dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Pelanggan maupun stakeholders Toyota sendiri juga tidak perlu menyiapkan apapun selain kendaraan itu sendiri. Pengguna mobil pun tidak perlu mengubah kebiasaannya, karena tinggal duduk dibalik kemudi dan sistem pada HEV yang akan mengelola secara otomatis. Sejalan dengan filosofi Road Train People and People Build Car, keberanian Toyota Indonesia dalam memasarkan HEV telah melewati banyak pertimbangan dan pengalaman dalam mengembangkan HEV sejak 1997, yakni membuat Toyota Global dalam memperoleh banyak input untuk menghadirkan ever better hybrid electric vehicle . Segala aspek yang menjadi potensi kelemahan HEV, seperti baterai dan motor listrik, sistem komputer yang menunjang kinerjanya, Toyota berusaha mempelajari kembali dan mencarikan solusi agar makin andal.

Dengan semangat continuous improvement , THS sebagai pengendali utama, mulai dilatih dan dikembangkan supaya dapat memberikan sinergi yang paling efisien antara bensin dan motor listrik. Hal serupa juga telah diterapkan di Indonesia sejak 2009, di mana HEV Toyota belajar banyak dari kondisi jalan serta karakter dan kebiasaan berkendara masyarakat di Indonesia, termasuk cuaca wilayah tropis yang dapat menurunkan daya tahan komponen hybrid. Memiliki Multi Pathway Strategy yang terdiri atas beberapa jenis teknologi elektrifikasi, ada dua tujuan jangka panjang yang hendak dieksekusi oleh TAM, yakni Toyota Environmental Challenge 2050 dan Carbon Neutrality Program 2060 dari Pemerintah Indonesia, agar pelanggan dapat memilih mana yang paling sesuai dengan kebutuhan dan lifestylenya.

Mobil hybrid merupakan pilihan paling tepat saat ini karena tidak perlu mengubah kebiasaan pelanggan saat berkendara. Selain itu, tidak ada infrastruktur pendukung tambahan apapun karena mobil langsung siap bermobilitas. Peralihan driving habit yang smooth ini diyakini mampu membuat pelanggan tertarik untuk memiliki HEV Toyota. Popularitas HEV Toyota makin meningkat seiring kian meningginya kepedulian masyarakat atas kondisi lingkungan, sehingga mulai memikirkan cara paling mungkin untuk menjaganya. Terbukti pula ternyata HEV Toyota dapat diandalkan di jalan dan sanggup memberikan value terpenting, yakni hemat bensin 40 50 persen dari mesin bensin dan emisi karbon sangat rendah. Berkendara menggunakan HEV Toyota mulai menjadi bagian dari gaya hidup menuju netralitas karbon, karena mesin hybrid yang efisien, menekan konsumsi bensin sehemat mungkin, bahkan ke angka yang tidak terbayangkan. Hal penting lainnya adalah operasional mesin bensin yang sangat rendah membuat emisi karbon menjadi turun secara signifikan.

Kekhawatiran akan performanya di jalan juga berhasil dijawab dengan baik, contohnya pada Kijang Innova Zenix HEV. Medium MPV ini dibangun di atas platform TNGA yang menargetkan kualitas berkendara maksimal dan dilengkapi salah satu hybrid engine tercanggih di Indonesia saat ini. Pengalaman selama 15 tahun memasarkan HEV, memberikan kesempatan kepada TAM untuk mempelajari plus minus teknologi saat diterapkan di Indonesia. Dengan demikian, mampu memasang baterai hybrid kompak dengan kapasitas memadai, durasi pengisian cepat, dan biaya ganti baterai jauh lebih terjangkau. Selain itu, keandalan baterai HEV Toyota juga dilindungi oleh garansi hingga 8 tahun. Kepraktisan dan fungsionalitas HEV Toyota yang tinggi juga menambah value nya di mata pelanggan. Sebab, nilai jual kembali menjadi salah satu parameter utama membeli mobil baru. Dengan makin terbuktinya keandalan HEV Toyota, membuat resale value nya lebih baik kalau dibandingkan dengan model gasoline.

Gaungkan IT’S TIME FOR EVERYONE , HEV Toyota juga memberikan kesempatan untuk berkontribusi dalam menjaga lingkungan dengan cara yang paling memungkinkan. Semakin lengkapnya line up HEV Toyota, membuat semua kalangan masyarakat dapat berperan aktif menekan emisi karbon sesuai kemampuannya. Ada tiga (3) HEV Toyota di Indonesia yang menggunakan hybrid engine dengan kode A25A FXS 2.494 cc 4 silinder. Adapun kelebihan dari mesin ini, yakni mampu menghasilkan tenaga maksimal 178 PS pada 5.700 rpm dan torsi 22,5 kgm pada 3.500–5.200 rpm. Ketiganya adalah Camry HEV, Alphard HEV dan yang terbaru adalah Vellfire HEV. Selanjutnya, ada tiga (3) HEV Toyota yang memanfaatkan hybrid engine 2ZR FXE 1.798 cc 4 silinder Dual VVT i yang menghasilkan daya 95 PS pada 5.200 rpm dan torsi 14,47 kgm pada 4.000 rpm. Dimana motor listriknya mampu menghasilkan daya 72 PS dan torsi 16,62 kgm. Mesin hybrid ini terdapat pada kendaran mobil Corolla Altis HEV, Corolla Cross HEV, dan Corolla Cross GR Sport HEV GR.

Kijang Innova Zenix HEV mengaplikasikan teknologi terkini pada TNGA engine 2.0L M20A FXS 1.987 cc 4 silinder Dual VVT I bertenaga 152 PS pada 6.000 rpm dan torsi 19,1 Kgm pada 4.400 5.200 rpm. Selain itu, mesin ini diperkuat dengan motor listrik berdaya 113 PS dan torsi 21 Kgm untuk menghasilkan tenaga gabungan 186 PS. HEV Toyota yang paling kompak di Indonesia adalah Yaris Cross HEV, yang dilengkapi dengan hybrid engine 2NR VEX 1.500 cc 4 silinder bertenaga 67 kW pada mesin dan 59 kW pada motor listrik dengan torsi 121 Nm pada mesin dan 141 Nm pada motor listrik yang memadai untuk lalu lintas perkotaan. Bersama Kijang Innova Zenix HEV, Yaris Cross HEV merupakan produk xEV kebanggaan Indonesia karena diproduksi secara lokal, bahkan dengan kandungan komponen lokal hingga 80 persen untuk Yaris Cross HEV.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *