Harga nikel dunia kembali melanjutkan tren penurunan, menurut data yang dihimpun dari London Metal Exchange (LME) harga nikel telah turun hingga 50 persen dalam jangka waktu setahun terakhir. Imbas kemerosotan ini, harga nikel yang di pasarkan di London Metal Exchange ditutup menurun 0,58 persen anjlok dikisaran harga 15.927 dolar AS per ton pada penutupan perdagangan Selasa (6/2/2024). Melansir dari laman lokal asal Amerika, ABC News penyebab utama amblasnya harga nikel dunia pada pasar global terjadi akibat meningkatnya pasokan dari Indonesia yang merupakan negara dengan sumber daya nikel terbesar di dunia.

Namun pasca China membangun pabrik pengolahan nikel di Indonesia, perdagangan nikel mulai mencatatkan pertumbuhan tembus 47 persen menjadi 7,92 juta metrik ton pada tahun 2023. Sayangnya pasokan nikel di Indonesia terus meningkat, tidak dibarengi dengan adanya lonjakan permintaan dari pasar global. Alasan ini yang mendorong harga nikel terjun lebih jauh dari harga pasaran. "Pasar nikel berada dalam kekacauan setelah membanjirnya pasokan baru dari Indonesia yang merupakan akibat dari investasi besar besaran Tiongkok dan terobosan teknologi besar besaran," tulis laporan di The Business Times.

Harga Nikel Global Tersungkur Gara gara Produk Indonesia, Perusahaan Tambang Dunia Bertumbangan Gara gara Harvey Moeis Cs, Harga Timah Dunia Melonjak Gara gara Sawit Perusahaan, Teman Bunuh Teman di Rohul

Harga Bawang Merah Tinggi Gara gara Gagal Panen Gara gara Hutang Untuk Judi Online, Driver Indomaret Gelapkan Uang Perusahaan Inilah Penyebab Harga Beras Naik Temuan Ombudsman, Sebut Gara gara India

Sosok Sekuriti Perusahaan Tambang Nikel Tewas Tertimbun Tanah Longsor di Kolaka Sulawesi Tenggara Imbas stok produksi nikel yang terus surplus, pertambangan di seluruh dunia kini gulung tikar. Adapun fenomena penutupan tambang nikel turut dialami oleh penambang penambang top global seperti BHP Group, Panoramic Resources Ltd, IGO Ltd, Wyloo Metals Pty Ltd, dan First Quantum Minerals Ltd. Fenomena penutupan operasi tambang nikel di beberapa negara sejatinya merupakan strategi para perusahaan dalam mempertahankan proses bisnisnya.

Ketika harga nikel sedang jatuh, perusahaan biasanya akan mengambil langkah terminasi operasi untuk menekan biaya produksi yang berbanding terbalik dengan potensi pendapatan. Namun apabila harganya kembali di level tertentu, maka tambang tersebut dibuka kembali. Tak hanya memicu kebangkrutan bagi pasar nikel, surplus yang dihadapi penambang Indonesia juga memicu efek riak seperti mengerek turun harga lithium hingga anjlok sebesar 81 persen. Menurut Benchmark Mineral Intelligence, harga lithium selama setahun terakhir jatuh lebih dari 81 persen ke level terendah sejak 2020, yaitu 13.200 dolar AS per ton.

Penurunan harga juga telah memukul para produsen litium, dengan Sprott Lithium Miners ETF jatuh ke posisi terlemah sejak didirikan pada Februari, dan Global X Lithium & Battery Tech ETF jatuh ke posisi terendah sejak 2020. Mencegah meluasnya dampak negatif dari penurunan harga nikel dunia, pasar global meminta Indonesia untuk menekan operasi tambang nikel. Hal serupa juga diserukan Bank Dunia yang meminta Indonesia untuk mengurangi produksinya lantaran 253.000 ton kapasitas pertambangan nikel berada dalam risiko.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *